Aceng. Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

Sekali lagi, “Ikhlaslah!”

Assalamu  ‘alaikum  warahmatul ahi  wabarakatuh.  Alhamdulillahi  rabbil  ‘alamin.  Ashshalatu  was  salamu  ala rusulil ah shal ahu ‘alaihi wa sallam.
Saudaraku…
“Sesungguhnya hari ini adalah satu hari di antara hari-hari Allah, tidak pantas diisi dengan kebanggaan dan keangkuhan. Ikhlaskanlah jihadmu dan tujulah Allah dengan amalmu, karena hari ini menentukan hari-hari yang akan datang.”(Kata-kata Khalid bin Walid di tengah-tengah berkecamuknya perang Yarmuk) 
Kata Ikhlas sudah begitu sering kita dengar dalam berbagai kesempatan. Bagi prajurit dakwah seperti kita, semestinya ikhlas tidak boleh lagi menjadi sekadar retorika, melainkan ia harus hadir dan ada dalam diri kita, menyatu  dalam  pikiran,  hati,  menjadi  jiwa  dari  setiap  nafas  dan  gerak  perjuangan  kita.  Bersamanya  kita memulai hari-hari ,dengannya kita membangun ukhuwah dan menapaki jalan dakwah ini.
Saudaraku…
Bukanlah  tanpa  maksud  As  Syahid  meletakkan  Ikhlas  dalam  rukun  baiatnya,  sehingga  ikhlas  -- sebagaimana juga sembilan rukun lainnya-- telah mengikat kita untuk menjadikannya landasan dalam setiap
gerak dan langkah sejak pertama kali baiat itu kita berikan. Ini berarti kita terikat dengan ikhlas  tidak hanya secara syar’i tetapi juga secara tanzhimi.
Dengan kata lain, setiap anggota jamaah ini wajib ikhlas dalam setiap geraknya, baik gerak sebagai pribadi maupun  gerak  sebagai  anggota  jamaah.  Jika  ada  satu  saja  gerak  kita  yang  tidak  ikhlas,  berarti  kita-  secara syar’i -telah mengkhianati Allah SWT, dan secara tanzhimi- mengkhianati baiat kita sendiri dan jamaah ini. Na’udzu billah min dzalik.
Karena itu saudaraku yang kucintai karena Allah, sudah sepatutnya kita menyadari dengan sepenuh hati,bahwa  sejak  kali  pertama  kita  bergabung  dengan  jamaah  ini,  ikhlas  telah  menjadi  tuntutan  dan  kewajiban yang  mengikat  diri  kita  sampai  Allah  menampakkan  kemenangan  bagi  dakwah  ini  atau  kita  syahid  dalam menegakkan dan membelanya.
Di  sini  saya  tidak  akan  menguraikan  makna  ikhlas  dengan  kata-kata,  kita  semua  bahkan  telah menghafalnya di luar kepala. Saya ingin mengajak kita semua untuk merenungi bersama kata-kata ini: Apakah kita telah menjadikan ikhlas sebagai sesuatu  yang menyatu dalam diri kita, melebur, menjasad, mendarah daging, menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari diri kita?”
Apakah  ikhlas  telah  merasuk  dalam  pemikiran  kita  sehingga  membuat  kita  menjadi  produktif  sekaligus kreatif  dalam  mengeluarkan  gagasan  untuk  membangun  dakwah  ini  tanpa  tendensi  apapun  selain  kepada Allah SWT?
 Apakah  ikhlas  telah  melebur  dalam  hati  kita  sehingga  menjadikan  kita  mampu  memandang  segala permasalahan  dalam  dakwah  ini  dengan  jernih,  dan  menjadikan  kita  mampu  membangun  ukhuwah, ukhuwah yang sebenarnya bukan sekadar hiasan kata?
 Apakah  ikhlas  telah  menjadi  jiwa  dari  setiap  amal  yang  kita  lakukan,  sehingga  menjadikan  kita  rela melaksanakan apapun  perintah  dan kebijakan jamaah dengan penuh tanggung jawab, tanpa rasa berat dan tidak berharap balasan atas semua itu kecuali hanyalah dari Allah SWT? Atau wahai saudaraku para prajurit dakwah yang kucintai karena Allah, apakah ikhlas baru sekadar kata tanpa makna, atau ia cuma retorika yang kita suapkan kepada mutarabbi kita?
Saudaraku…
Takutlah kepada Allah, karena Dia Maha Melihat, Maha Mendengar, Maha Kuasa  atas segala sesuatu. Sesungguhnya kemenangan dakwah ini sejak dulunya selalu terkait dengan keikhlasan para prajuritnya.
Mari kita kembali pada ashalah dakwah ini, sebenarnya apa  motivasi awal kita memilih hidup di jalan ini? Apa yang kita inginkan ketika bergabung dengan jamaah ini? Izinkan saya untuk menjawabnya: Motivasi awal dan keinginan kita adalah meraih ridha Allah, untuk itu kita akan ikut berputar bersama roda jamaah ke manapun ia berputar, tidak akan bergeser darinya karena kita yakin kebaikan itu ada bersama dengan  jamaah,  dan  kehinaan  –  dunia  akhirat-  bila  memisahkan  diri  darinya.  Termasuk  ketika  jamaah  ini berputar menjadi sebuah partai, kita pun ikut berputar bersamanya, melaksanakan kebijakan dan perintahnya dengan  mengerahkan  seluruh  potensi  kita.  Semua  itu  kita  lakukan  sebagai  sarana  atau  alat  untuk  meraih keridhaan  Allah,  lain  tidak.  Bagi  kita,  ridha  Allah  adalah  imbalan  terbesar  dan  termahal,  karena  itu  kita sudah merasa cukup dengan imbalan itu. Saat  ini  roda  jamaah  sedang  berputar  lagi,  kearah  manapun  ia  berputar,  kita  tetap  ikut  berputar bersamanya, tetap menjadi  tulang punggung dan  pembelanya yang setia, seraya berharap Allah Yang Maha Menyaksikan senantiasa menyertai perjuangan kita.
Yakinlah Saudaraku…
Allah  akan  terus  menyertai  perjuangan  kita  selama  perjuangan  kita  murni,  bersih  dari  noda  yang mengotorinya, selama motivasi dan keinginan kita dalam perjuangan ini tidak bergeser atau berubah.
Karena  itu,  sekali  lagi:  Ikhlaslah  dan  terus  pelihara  keikhlasan  itu  sampai  Allah  SWT
memberikan kemenangan kepada jamaah ini atau kita syahid dalam menegakkan dan membelanya!
(ANB)

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

1 komentar:

ang mengatakan...

thanks

Posting Komentar